Sejarah Piala Dunia – Tim Juara Di Pencundangi Di Ajang Piala Dunia

Sejarah Piala DuniaArenascore adalah agen bola terpercaya dan bertanggung jawab berlisensi Master Resmi yang melayani pembuatan account di Situs Perusahaan Betting Di seluruh Nusantara Dan Go Internasional Seperti, Sbobet Bola, Casino 33A , IBCBET, Isin4d

Hanya Dengan 3 Langkah anda akan mendapatkan Pelayanan terbaik yang belum pernah anda alami, Daftar , Deposit Dan Withdraw ( Nikmati Sekarang )

Kami akan memberikan kemudahan yang luar biasa untuk dapat bergabung dengan situs online Betting tanpa Syarat dan Tidak Rumit

Dengan Suport 4 Bank lokal indonesia (BCA, BNI, BRI Dan MANDIRI ) anda dapat bermain di situs yang banyak diminati oleh setiap orang dalam hitungan menit saja.

Jangan Ragi Lagi : Kami Yang Terbaik dan Terpercaya – Join Sekarang

 

 

Sejarah Piala DuniaSeperti kata pepatah, ‘mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan’, gelar juara bertahan Piala Dunia yang diraih oleh sebuah negara juga kerap menjadi sebuah beban di edisi selanjutnya. Predikat sebagai negara terbaik dunia membuat sepak terjang tim tersebut mendapatkan sorotan dan juga tekanan yang jauh lebih besar.
Sejumlah juara bertahan tercatat tampil buruk di perhelatan Piala Dunia berikutnya. Karena ada hak khusus dari juara bertahan untuk tampil otomatis di putaran final edisi selanjutnya pada edisi 1938 sampai 2002, maka prestasi terburuk dari tim-tim tersebut sejauh ini adalah tersisih di fase grup.

 

Berstatus sebagai juara bertahan yang memenangi Piala Dunia 1962, Brasil bertolak ke Inggris dengan predikat unggulan di edisi 1966. Selecao tergabung di Grup 3 bersama Portugal, Hungaria, dan Bulgaria.
Di laga pembuka, mereka berhasil mengalahkan tim lemah Bulgaria dengan skor 2-0 berkat gol Pele dan Garrincha. Namun kemenangan tersebut harus dibayar mahal dengan cederanya striker legendaris mereka Pele, yang oleh para pemain Bulgaria dilanggar dengan brutal berkali-kali. Pada laga lawan Hungaria di Goodison Park, Brasil yang turun tanpa Pele di luar dugaan dihajar 1-3 oleh Ferenc Sipos dan kawan-kawan. Hal ini membuat pelatih Brasil, Vicente Feola panik menghadapi laga ketiga.
Lawan Portugal, Feola merombak susunan pemain bertahan termasuk kiper. Ia memaksakan Pele bermain kembali meskipun tahu bahwa sang striker belum pulih benar dari cedera. Benar saja, Pele langsung terkapar usai dihajar oleh pemain Portugal, Joao Morais. Ia tak lagi mampu bermain dengan baik dan hanya berdiri pincang di pinggir lapangan karena saat itu pergantian pemain belum diijinkan. Pada akhirnya, pasukan Portugal menghempaskan harapan Brasil untuk lolos ke babak selanjutnya dengan skor 3-1, dua gol di antaranya disumbangkan oleh The Black Panther, Eusebio.

 

Les Blues yang menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 menjadi unggulan juara dalam perhelatan selanjutnya di Asia Timur. Tergabung di Grup A bersama Senegal, Denmark, dan Uruguay, Prancis menjalani laga fase grup mereka di Korea Selatan.
Di laga pembuka kontra eks koloni mereka, Senegal, Prancis di luar dugaan tunduk dengan skor 1-0 berkat gol tunggal Pape Bouba Diop. Selebrasi ikonik dari para pemain Senegal masih terus dikenang sebagai bagian dari salah satu hasil paling mengejutkan di Piala Dunia ini.
Berharap bisa meraih poin di laga kedua kontra Uruguay, Prancis malah hanya bermain imbang 0-0. Striker Thierry Henry menjadi kambing hitam setelah mendapatkan kartu merah langsung di menit ke 25 akibat melakukan pelanggaran berbahaya.
Dituntut harus menang di laga terakhir demi mengamankan peluang lolos ke 16 besar, pasukan Roger Lemerre justru tampil anti-klimaks. Dua gol dari Dennis Rommedahl dan Jon-Dahl Tommason mengantarkan Denmark mengirim pulang Prancis, tanpa poin dan tanpa mencetak gol.

 

Pada Piala Dunia 1934 yang diadakan di Italia, juara bertahan Uruguay menolak berpartisipasi sebagai ‘pembalasan’ atas sakit hati mereka di edisi perdana. Uruguay yang bertindak sebagai tuan rumah edisi 1930 sempat kelabakan karena negara-negara Eropa menolak berpergian jauh ke Amerika Selatan untuk berpartisipasi. Sebagai balasan, mereka tak mau turut serta di edisi selanjutnya yang digelar di Eropa.